Tuesday, December 4, 2012

Haramnya Durhaka Kepada Kedua Orang Tua Dosa Dosa Besar

Imam Bukhari meriwayatkan dlm Kitabul Adab dari jalan Abi Bakrah Radhiyallahu 'anhu, telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Artinya ” Sukakah saya beritahukan kepadamu sebesar-besar dosa nan paling besar, 3 kali (beliau ulangi). Sahabat berkata, 'Baiklah, ya Rasulullah', bersabda Nabi. “Menyekutukan Allah, & durhaka kepada kedua orang tua, serta camkanlah, & saksi palsu & perkataan bohong”. Maka Nabi selalu megulangi, “Dan persaksian palsu”, sehingga kami berkata, “semoga Nabi diam” [Hadits Riwayat Bukhari 3/151-152 -Fathul Baari 5/261 No. 2654, & Muslim 87]

Dari hadits di atas dapat diketahui bahwa dosa besar nan paling besar setelah syirik adalah uququl walidain (durhaka kepda kedua orang tua). Dalam riwayat lain Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bahwa diantara dosa-dosa besar yaitu menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh diri, & sumpah palsu [Riwayat Bukhari dlm Fathul Baari 11/555]. Kemudian diantara dosa-dosa besar nan paling besar adalah seorang melaknat kedua orang tuanya [Hadits Riwayat Imam Bukhari]
Dari Mughirah bin Syu'bah Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
Artinya ” Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu & menolak kewajiban, & minta nan bukan haknya, & membunuh anak hidup-hidup, & Allah membenci padamu banyak bicara, & banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)” [Hadits Riwayat Bukhari (Fathul Baari 10/405 No. 5975) Muslim No. 1715 912)]
Hadits ini adalah salah 1 hadits nan melarang seorang anak berbuat durhaka kepada kedua orang tuanya. Seorang anak nan berbuat durhaka berarti dia tak masuk surga dgn sebab durhaka kepada kedua orang tuanya, sebagaimana Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
Artinya ” Dari Abu Darda bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tidak masuk surga anak nan durhaka, pe,imu, khamr (minuman keras) & orang nan mendustakan qadar” [Hadits Riwayat Ahmad 6/441 & di Hasankan oleh Al-Albani dlm Silsilah Hadits Shahihnya 675]
Diantara bentuk durhaka (uquq) adalah:
(*1) Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan (ucapan) ataupun perbuatan nan membuat orang tua sedih & sakit hati.
(*2) Berkata 'ah' & tak memenuhi panggilan orang tua.
(*3) Membentak atau menghardik orang tua.
(*4) Bakhil, tak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan nan lain dari pada mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dgn penuh perhitungan.
(*5) Bermuka masam & cemberut dihadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, 'kolot' & lain-lain.
(*6) Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut sangat tak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua atau lemah. Tetapi jika 'Si Ibu” melakukan pekerjaan tersebut dgn kemauannya sendiri maka tak mengapa & karena itu anak harus berterima kasih.
(*7) Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua.
(*8) Memasukkan kemungkaran kedalam rumah misalnya alat musik, mengisap rokok, dll.
(*9) Mendahulukan taat kepada istri dari pada orang tua. Bahkan ada sebagian orang dgn teganya mengusir ibunya demi menuruti kemauan istrinya. Na'udzubillah.
(*10) Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dgn keberadaan orang tua & tempat tinggalnya ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam ini adalah sikap nan amat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan nan keji & nista.
Semuanya itu termasuk bentuk-bentuk kedurhakaan kepada kedua orang tua. Oleh karena itu kita ini harus berhati-hati & membedakan dlm berkata & berbuat kepada kedua orang tua dgn kepada orang lain.
Akibat dari durhaka kepada kedua orang tua akan dirasakan di dunia. Dalam hadits nan diriwayatkan oleh Imam Bukhari dlm Adabul Mufrad, Abu Daud & Tirmidzi dari sahabat Abi Bakrah dikatakan.
Artinya ” Dari Abi Bakrah Radhiyallahu 'anhu mengatakan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, “Tidak ada dosa nan Allah cepatkan adzabnya kepada pelakunya di dunia ini & Allah juga akan mengadzabnya di akhirat nan pertama adalah berlaku zhalim, kedua memutuskan silaturahmi” [Hadits Riwayat Bukhari dlm Adabul Mufrad (Shahih Adabul Mufrad No. 23), Abu Dawud (4902), Tirmidzi (2511), Ibnu Majah (4211). Ahmad 5/36 & 38, Hakim 2/356 & 4/162-163, Tirmidzi berkata, “Hadits Hasan Shahih”, kata Al-Hakim, 'Shahih Sanadnya”, Imam Dzahabi menyetujuinya]
Dalam hadits lain dikatakan.
Artinya ” 2 perbuatan dosa nan Allah cepatkan adzabnya (siksanya) di dunia yaitu berbuat zhalim & al'uquq (durhaka kepdada orang tua)” [Hadits Riwayat Hakim 4/177 dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu] (*1)
Keridlaan orang tua harus kita ini dahulukan dari pada keridlaan istri & anak. Karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan anak nan durhaka akan diadzab di dunia & di akhirat serta tak akan masuk surga & Allah tak akan melihatnya pada hari kiamat.
Sedangkan dlm lafadz nan lain diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, Hakim, Ahmad & juga nan lainnya, dikatakan:
Artinya ” Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhu berkata, 'Telah berkata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, 'Ada 3 golongan nan tak akan masuk surga & Allah tak akan melihat mereka pada hari kiamat yakni anak nan durhaka kepada kedua orang tuanya, perempuan nan menyerupai laki-laki & kepala rumah tangga nan membiarkan adanya kejelekan (zina) dlm rumah tangganya” [Hadits Riwayat Hakim, Baihaqi, Ahmad 2/134]
Jadi, salah 1 nan menyebabkan seseorang tak masuk surga adalah durhaka kepada kedua orang tuanya.
Dapat kita ini lihat bahwa orang nan durhaka kepada orang tuanya hidupnya tak berkah & selalu mengalami berbagai macam kesulitan. Kalaupun orang tersebut kaya maka kekayaannya tak akan menjadikannya bahagia.
Seandainya ada seorang anak nan durhaka kepada kedua orang tuanya kemudian kedua orang tuanya tersebut mendo'akan kejelekan, maka do'a kedua orang tua tersebut bisa dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebab dlm hadits nan shahih Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
Artinya ” Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, 'Telah berkata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, 'Ada 3 do'a nan dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala -yang tak diragukan tentang do'a ini-, nan pertama yaitu do'a kedua orang tua terhadap anaknya nan kedua do'a orang nan musafir -yang sedang dlm perjalanan-, nan ketiga do'a orang nan dizhalimi” [Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dlm Adabaul Mufrad, Abu Dawud, & Tirmidzi] (*2)
Banyak sekali riwayat nan shahih nan menjelaskan tentang akibat buruk dari durhaka kepada orang tua di dunia maupun di akhirat. Ada juga kisah-kisah nyata tentang adzab (siksa) dari anak nan durhaka, dari kisah tersebut ada nan shahih ada juga nan dla'if (lemah). Diantara kisah nan dla'if nan sering dibawakan oleh para khatib (penceramah) yaitu kisah Al-Qamah nan durhaka kepada ibunya sampai mau dibakar oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam hingga ibunya mema'afkannya. Akan tetapi kisah ini dla'if dilemahkan oleh para ulama ahli hadits (*3).
[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, terbitan Darul Qolam - Jakarta]
Referensi.
(*1) Hadits Riwayat Bukhari dlm tarikh & Thabrani dlm Mu'jam Kabir dari Abu Bakrah. Diriwayatkan oleh Al-Hakim dlm Kitabnya Al-Mustadrak dari sahabat Anas. Lihat Silsilah Shahihah No. 1120 & Shahih Jami'us Shagir No. 137 & 2810.
(*2) Hadits Riwayat Bukhari dlm Adabul Mufrad (Shahih Adabul Mufrad No. 24, 372), Abu Dawud 1536, Tirmidzi 1905, 3448, Ibnu Majah 3826, Ibnu Hibban 2406, At-Thayalishi 2517 & Ahmad 2/258, 348, 478, 517, 523. Lihat Silsilah Hadits As-Shahihah No. 596
(*3) Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Thabrani & Ahmad dgn ringkas dlm sanadnya ada Fayid Abul Warqa' dia matruk (Majmuz Zawaaid 8/148), kata Ibnul Jauzi, “Hadits ini tak shah dari Rasulullah karena dlm sanadnya ada Fayid Abu Warqa” Imam Ahmad berkata, “Ia matrukul hadits”, Ibnu Hibban berkata, “tak boleh berhujjah dengannya”. Kata Imam Abu Hatim, “Ia sering dusta” [Lihat Al-Maudluu'at, Ibnul Jauzi juz 3 hal 87]
sumber: www.almanhaj.or.id penulis Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas tags: Dosa Dosa Besar, Membunuh Diri, Minuman Keras, Wa Sallam, Abu Darda




No comments:

Post a Comment